Disaat mengalami kepenatan bekerja di Bogor yang hampir setiap hari hujan ini tiba2 saat aku sedang online di jejaring sosial facebook, ada salah satu senior (kang Zam’95) mengajak untuk mendaki ke Gunung Merapi. Begitu mendengar kata Merapi rasanya aku langsung tergoda akan udaranya yang dingin dan pesona alamnya yang unik. Bagiku Merapi memang tidak ada habis-habisnya menawarkan cerita menarik, dimulai dari alam berbukit dengan kontur2 nya yang indah dan berliku-liku hingga cerita-cerita legenda yang menyelimutinya.
Beberapa hari setelah itu aku langsung mengajak kawan-kawan Makupella dan hingga pada hari pelaksanaan hanya ada 3 orang saja yang siap perang menuju Merapi, yaitu Kipli yang sekarang bekerja sebagai tukang gambar di Surabaya, dan juga Abas dan Hambib yang sampai sekarang masih berjuang mati-matian mnyelesaikan tugas akhirnya di ATK. Carrier, pakaian ganti, kacamata hitam, kaos tangan, sepatu, sleeping bag, senter, survival kid, jaket, bandana, dan tentunya legging hitam andalan sudah masuk dalam list peralatan pribadiku.
Waktu pelaksanaan sempat mundur yang awalnya berangkat 13-14 Mei 2010 menjadi 28-29 Mei 2010 dikarenakan kesibukan dunia perburuhan yang begitu padat sehingga sulit untuk mendapatkan cuti. Waktu pun berlalu dan akhirnya tiba pada saatnya pada hari pelaksanaan. Di mulai dari Bogor aku berangkat sendiri sore hari menuju Jogjakarta menggunakan kereta rakyat kelas ekonomi dengan penumpangnya yang berkumpul penuh sesak. Cukup dengan mengeluarkan 35.000 kita bisa sampai Jogja dan mendapatkan pengalaman yang berharga pula. Di kereta ini kalian bisa tahu lebih dekat rakyat Indonesia sesungguhnya dan di kereta ini pula kalian bisa menguji kesabaranmu sendiri ketika kita melihat nenek-nenek tua atau pun ibu membawa anak nya yang sedang berdiri karena tidak mendapatkan tempat duduk sedangkan kita diam dan duduk manis hanya melihatnya. Yang pasti semua ada disini, mulai dari air, rokok, makanan sampai jualan pulsa sekalipun. Keesokan harinya aku pun sampai Stasiun Lempuyangan Jogjakarta dan langsung menuju rumah tercinta untuk mempersiapkan segala sesuatunya.
Habis jumatan Abas pun menghampiri kerumah dan kita berdua berangkat menuju ke rumahnya Kipli menggunakan sepeda motor didaerah muntilan. Sesampainya di sana kita sempat istirahat sejenak sambil minum teh buatan adik perempuannya. Setelah istirahat dirasa cukup dan perut sudah terisi kita bertiga (aku, Abas dan Kipli) langsung berangkat dari rumah Kipli menuju Selo tempat base camp pendakian Merapi dan Hambib berangkat sendiri dari rumahnya didaerah Kartosuro. Di lain pihak Zam Zam bersama dua personil ABZ(Anak Buah Zam) yaitu, Sabiq dan Nopri berangkat dari Jakarta dan rencananya kita nanti bertemu di Selo Boyolali.
Sore hari sesampainya di basecamp Selo kita langsung disambut dengan kabut tipis dan suasana yang tenang dan sejuk. Tampak terlihat gunung Merbabu bener2 mempesona dengan kabut tipis di puncaknya. Segala keletihan dan kepenatan selama bekerja didunia perburuhan menjadi hilang setelah menapaki Selo Boyolali ini. Habis maghrib, Zam Zam bersama dua personil ABZ sampai juga di Selo dan disusul oleh Hambib. Sesampai di base camp Selo kita semua berkumpul dan beristirahat sejenak sambil berbincang-bincang sambil bercanda gurau.
Berbekal kemauan maka Petualangan kita bertujuh (aku Abas, Hambib, Kipli, Sabiq, Nopri dan Zam Zam) pun dimulai, tepat pukul 19.30 WIB kami melakukan perjalanan pendakian. Tak lupa do’a kita panjatkan bersama sebelum melakukan pendakian agar diberi kekuatan dan keselamatan. Medan pertama kita langsung disuguhi jalan beraspal menuju New Selo (batas akhir jalan beraspal). Setelah itu kita langsung berjalan menuju jalan setapak yang terjal yang dihiasi pohon-pohon cemara disekitarnya. Peluh keringat pun menderas bercucuran di malam itu meskipun cuaca dingin dan berkabut, tak henti-hentinya kita pun sering beristirahat sebentar sambil menikmati dinginnya cuaca di Merapi dan pemandangan gunung Merbabu yang sangat eksotis yang tampak didepan mata kami. Setelah berjalan lebih dari 2 jam yang melelahkan akhirnya kita sampai ke Patok I. Kita sempat isitirahat disini sambil memakan camilan yang tentunya camilan yang kaya akan kalori. Pemandangan di Patok I bener-bener sangat indah dengan jurang ataupun lembah-lembahnya di kanan kiri kita. Capek, bercanda ria, sambil ngemil di tengah dinginya dan indahnya alam pegunungan ini membawa kenikmatan tersendiri bagi kita.
Cuaca mulai dingin dan kita pun mulai melanjutkan pendakian kembali menuju Patok II. Perjalanan dari Patok I menuju Patok II benar-benar sangat berat dan menguras tenaga. Jalur yang terjal dengan vegetasi jalanan yang bnyak bebatuan dan nyaris tak ada bonus yang mendatar membuat kita harus berhati-hati dalam melangkah. Tak henti-hentinya kita pun selalu berhenti hanya sekedar mengatur nafas dan melemaskan dengkul yang rasanya seperti mau copot. Nopri yang salah satu personil ABZ (anak buah zam) sempat muntah-muntah karena terlalu banyak makan sego kucing sebelum melakukan pendakian. Akhirnya setelah melewati jalan yang berbatu dan berliku-liku disertai cuaca yang dingin sedikit berkabut selama kurang dari 2 jam kita sampai juga di Patok II. Dari Patok II tampak terlihat puncak Merapi yang kokoh dengan angkuh nya. Dinginnya cuaca dan angin yang kencang membuat kita hanya istirahat sejenak dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Pasar Bubrah.
Selama perjalanan menuju Pasar Bubrah, kita selalu ditemani jalan yang berbatu dan angin yang semakin kencang hingga membuat tangan ini menjadi kaku dan sulit untuk digerakkan. Jalur ini juga merupakan batas vegetasi sehingga dinginnya angin pun dengan bebas menerjang kita. Kita pun sempat istirahat dan beberapa teman sudah mulai memakai kaos tangan dan jaket andalannya karena kebanyakan dari base camp Selo di bawah kita memakai kaos oblong. Dengan melawan dingin, angin yang semakin kencang dan nafas yang mulai terengah-engah dengan rasa letih yang hampir membuat dengkul ini terasa copot menjadi tidak sia-sia ketika kita sampai di In Memoriam. Disini terdapat batu-batu bertuliskan nama para pendaki yang meninggal di Gunung Merapi ini. Sejenak kita melihat-lihat dan sebagian juga menyempatkan untuk mendoakan agar arwah temen2 kita ini diterima di tempat yang layak di sisi Tuhan Yang Maha Esa. Walaupun sudah malam tapi dari In Memoriam ini tampak samar di depan kita hamparan luas Pasar Bubrah dengan
batu-batunya yang besar dan sementara juga tampak angkuh Puncak Merapi berdiri di atas kita dengan sejuta misterinya. Hari sudah semakin pagi dan kita pun langsung turun menuju pasar bubrah yang diyakini sebagai tempat ngumpulnya para dedemit penunggu Merapi.
Setelah sampai di Pasar Bubrah kita pun langsung mencari tempat untuk mendirikan tenda, setelah mendapatkan tempat yang datar dengan sebelahnya ada sebuah batu yang besar untuk melindungi terpaan angin maka tanpa basa-basi kita pun langsung mendirikan tenda. Setelah tenda terpasang maka acara nya adalah memasak dan sebagian ada yang langsung tidur karena sudah terlalu kecapekan. Seperti pada pendakian-pendakian sebelumnya bahwa “mie” adalah menu makan malam nya. Seperti orang indonesia pada umumnya selesai makan kita pun langsung tidur…zzzzzzttttt……
Pasar Bubrah memang memberikan kesan tersendiri bagi kita. Esok pagi suasana bener-bener tenang dan dingin, kedamaian pagi hari hanya dapat kita rasakan di Pasar Bubrah ini. Dan tak lupa tetap menyempatkan bersujud kepada Tuhan YME untuk menunaikan shalat subuh bagi orang yang memang bener2 kuat imannya. Sempat aku berpikir bahwa ternyata sebagian dari kita yang sibuk di dunia kerja masih sempat juga untuk mendaki bahkan salah satu dari kita Zam Zam yang sudah berkeluarga dan katanya sudah berada dalam “portal kehidupan” pun masih bisa dan sempat untuk mendaki.
Tanpa berkoordinasi kita pun langsung mengeluarkan logistik dan memulai untuk memasak. Memang “mie” tak bisa dipisahkan dari para pendaki dan seperti biasa mie goreng yang ditaburi sosis dengan diberi kuah sarden dan ditemani kopi merupakan menu favorit pagi ini. Selesai makan kita pun langsung menuju puncak. Sebenarnya sebagian besar dari kita tak ingin menuju puncak karena bagi kita puncak itu hanyalah sebuah simbol, yang kita cari sebenarnya adalah indahnya perjalanan suasana ini. Tapi karena ada salah satu personil ABZ(Anak Buah Zam) yaitu, Sabiq yang baru pertama kali mendaki maka kita pun memutuskan beberapa orang untuk menemani sampai ke puncak. Aku, Abas, Kipli, Hambib, Sabiq akan meneruskan mendaki menuju puncak dilain pihak Zam Zam dan Nopri memilih untuk menjaga tenda di Pasar Bubrah.
Merapi membuat kita terus berjalan penuh semangat. Setelah melewati bebatuan yang terjal dan sangat labil untuk dipijak,maka kurang dari satu jam akhirnya kita pun sampai juga di Puncak Merapi. Rasa syukur kepada Tuhan YME langsung terucap dan rasa letih, dengkul yang mau copot dan tubuh yang goyah dan setelah melewati berbagai rintangan semua terasa hilang ketika sampai pada Puncak Merapi ini. Tak ada bosan-bosan nya melihat keagungan Tuhan yang benar-benar menakjubkan ini walaupun sudah berulang kali melihat dari puncak ini. Cuaca yang begitu cerah dengan awan putih yang menggumpal di bawah sana membuat dunia ini memang benar2 indah. Tampak dari kejauhan gunung Merbabu, Sindoro, Sumbing, Slamet dan Lawu terlihat mempesona dari Puncak ini dan dari sini kita juga bisa melihat kubah lava yang masih aktif. Hanya saja Puncak Garuda yang merupakan produk lava dan menyerupai burung garuda yang merupakan titik tertinggi Gunung Merapi ini sudah tidak ada lagi. Dan setelah beristirahat sambil menikmati dan menghayati alam yang mempesona dari atas sini maka kami pun turun menuju Pasar Bubrah.
Sesampainya di Pasar bubrah kita pun disambut hangat nya kopi buatan kang Zam yang terkenal segernya itu seperti segernya saat makan buah semangka. Setelah istirahat sejenak maka kita pun langsung packing dan melanjutkan perjalanan turun. Dengan spirit yang masih tersisa selama perjalanan turun kita masih sempat bersandau gurau walaupun tubuh sudah mulai letih dan dengkul yang terasa seperti mau copot. Seiring berjalannya waktu akhirnya sampai juga di base camp Selo. Setelah istirahat sejenak di base camp Selo kita langsung pulang ketempatnya masing2 dengan keadaan bangga walaupun bibir sudah terasa mletek-mletek dan muka yang mulai terasa kaku dan ngglodoki. Aku, Abas dan Kipli pulang ke rumah naik sepeda motor sedangkan habib ikut zam2 dan dua personil ABZ nya yaitu Nopri dan Sabiq menaiki bus.
Sungguh pendakian yang sangat indah dan terlalu mahal untuk dilupakan untuk saat ini. Akan kita ingat dan kita kenang sebuah perjalanan kecil yang begitu berkesan ini. Bukan hanya “hebatnya” menaklukan Puncak Merapi tetapi lebih pada kebersamaan yang selalu hangat dan kerjasama team yang sangat solid. Dan perjalanan itu pastinya akan selalu menggoda untuk mengenang romantisme persahabatan yang pernah kita semua lewati. Merapi suatu saat nanti kita pasti akan datang lagi…..
Seperti apa kata Soe Hok Gie bahwa : “Bangsa yang besar adalah bangsa yang sehat tubuhnya, Pemuda-pemuda sakitan tidak mungkin menyelesaikan tugas-tugas pembangunan. Maka dari itu kami naik gunung”
TUHAN BERSAMA ORANG-ORANG BERANI!!!!!!
“Jumpes”
NPA.061/IV/MKPL/03
pokoke nanti jadi agenda saja setiap tahun sekitaran bulan mei kita kompakan naik gunung sekedar refresh hidup kita…amien sukses selalu IKATEK JABODETABEK zamzam bj 95
sampai ketemu lagi sahabat baru persahabatan yang Insya Allah selalu terjalin bersama angkuhnya Merapi..Allah SWT menyertai kita semua…amin…!