Menggapai puncak Slamet
28
05
2013
Pagi ini, Minggu 26 Mei 2013 tepat pukul 9.00 WIB kami berhasil mencapai puncak tertinggi Jawa Tengah, sebuah papan seng berwarna kuning bertuliskan “Anda telah berada di puncak Gunung Slamet 3428 mdpl” menyambut kedatangan kami. Gunung Slamet merupakan gunung yang melingkupi beberapa kabupaten, antara lain : Purbalingga, Purwokerto dan Pemalang. Gunung Slamet adalah gunung berapi aktif dan memiliki puncak tertinggi ke-4 di Indonesia atau tertinggi ke-2 di Jawa setelah puncak Mahameru. Untuk mencapai puncak tertinggi gunung slamet ada 3 jalur utama yang bisa di tempuh yakni : Bambangan, BatuRaden, dan Gucci, diantara tiga jalur tersebut, yang umum dipakai adalah jalur bambangan yang berada di wilayah kabupaten Purbalingga, bersama gunung Sindoro dan Sumbing, Gunung Slamet disebut oleh para pecinta gunung sebagai “triple S” yang tak jarang jadi favorit untuk melakukan perjalanan panjang atau ekspedisi.
Pada tanggal 24-25 mei kemarin kami berkesempatan mendaki gunung slamet via Bambangan, jalur ini rute yang relative lebih mudah dibandingkan 2 jalur lainnya. Enam personil team terdiri dari Bagas, Abi, Ipil, Zombie, John Lembo “Arief”, dan Tommy berangkat menuju Purbalingga pada hari Jumat 24 Mei 2013 menggunaan kendaraan umum, berbekal data-data sederhana dari beberapa rekan yang pernah kesana, ditambah catatan perjalanan ynag didapat via internet akhirnya kami mantap melakukakan pendakian. Medan pendakian gunung slamet sebenarnya tidak jauh berbeda dengan gunung-gunung lain yang pernah kami daki seperti Sindoro dan Sumbing, perbedaan mencolok yang terlihat adalah vegetasi hutan yang masih sangat lebat dan alami, benar- benar hutan belantara dengan pohon besar dan tinggi. Medan pendakian dengan kondisi tanah basah sedikit menyulitkan perjalanan saat hujan turun. Ada 9 pos pendakian yang harus dilalui sebelum mencapai puncak slamet, masing-masing pos rata-rata memiliki tempat yang cukup luas untuk dijadikan tempat camp, namun tempat favorit yang dijadikan tempat camp adalah pos 5 & 7, selain tidak terlalu jauh dari puncak juga terdapat sumber mata air. Sedangkan pos 4 (samarantu) merupakan tempat yang jarang dipakai buat tempat camp. Menurut mitos setempat di pos ini sering ada penampakan makhluk halus. Percaya atau tidak itu merupakan kearifan lokal yang tak ada salahnya untuk dihargai .
Kami sendiri memilih untuk mendirikan camp di pos 5, dimana telah banyak pendaki lain yang juga mendirikan camp di pos tersebut, jarak pos 5 menuju puncak kurang lebih 2,5 jam perjalanan. Hjan deras malam tadi menghalangi rencana kami untuk melihat sunset dari puncak Slamet. Akhirnya baru pada pagi harinya kami melakukan pendakian ke puncak. Kabut yang turun cukup tebal tak menyurutkan niat kami untuk menjejakkan kaki di puncak gunung slamet. Sesampainya kami menjejaki puncak,sujud syukur atas keagungan Tuhan tak lupa kami panjatkan. Ceremonial sederhana,pengibaran panji organisasi sebagai bentuk kecintaan selalu jadi ritual yang mengharukan. Selain kami,banyak kelompok lain yang juga mendaki gunung slamet, mulai dari sispala, mapala, freelance serta penduduk setempat. Tak jarang tegur hangat persahabatan saling di tebarkan sebagai sesama pendaki, hal yang membuat kami selalu rindu untuk terus menjejaki puncak” di pelosok negeri ini atau di luar sana.
“Siapapun mungkin bisa mendaki gunung, tetapi menjadi pendaki yang seperti apa itu yang menjadi hak kita. Gunung bisa saja menjadi tempat terindah atau bahkan menjadi tempat tersial bagi kita.”
Salam lestari…..
Oleh:
iyurie
Like this:
Like Loading...
Related
« “Di Bawah Kibaran Panji Kehormatan”
Pendakian Gunung Rinjani »
Actions
Information
bagus,,, lanjutkan perjuangan mu kawan2
ayo waktunya ke luar pulau jawa…
di tunggu cerita petualangan selanjutnya
kita mau ke Gn.Kerinci Kak Icha,,nanti mampir ketempatmu yaaaaaa…..
boleh di tunggu ya kedatangannya
wah apan tu jadwalnya ke gunug kerinci